Monday, December 26, 2011

Kisi-kisi UN SD 2011-2012

Untuk mempersiapkan Ujian Nasional bagi siswa SD/MI tahun pelajaran 2011-2012 sudah tersedia kisi-kisinya yang tertuang dalam Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Nomor 013/PBNSP/XII/ 2011 tentang Kisi-kisi Ujian Nasional untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

Untuk Mendapatkan kisi-kisi tersebut silahkan KLIK DI SINI

Semoga dapat membantu!!!!

Monday, October 10, 2011

Faktor yang mempengaruhi hasil Belajar

Teman-teman yang sedang melaksanakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering kali bertanya tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini memang sangat penting karena setiap permasalahan PTK selalu bermula dari masalah belajar itu sendiri. Yang jika ditelusur lebih tajam, maka masalah dalam PTK tidak lain adalah bermula dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Dari sini lah kemudian berkembang menjadi berbagai macam varian judul penelitian yang lebih spesifik.

Menurut Slameto (2003:54) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:

  1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu (Intern), yang meliputi : (1). Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2). Faktor Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir. (3). Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk mengahsilkan sesuatu akan hilang.

  2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor Ekstern, yang meliputi: (1). Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. (2). Faktor Sekolah, meliputi : metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah. (3). Faktor Masyarakat, meliputi : bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prsetasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.


Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna mata pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut belajar.

Thursday, September 22, 2011

PP No 53 Tahun 2010 tidak akan mampu membuat PNS produktif

Dengan diterbitkannya PP No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai tentu merupakan upaya baru dari pemerintah untuk membenahi kinerja Pegawai Negeri Sipil yang selama ini dikenal sangatlah tidak efektif. Upaya ini tampak sangat progresif dengan sederet sanksi-sanksi bagi pegawai yang melanggar ketentuan yang telah diatur. Sebagaimana diatur dalam Bab III tentang Hukuman Disiplin yang secara lengkap dituliskan sebagai berikut:

Pasal 5


PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau Pasal 4 dijatuhi hukuman disiplin.


 Pasal 6


Dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.


 Pasal 7


(1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:


a. hukuman disiplin ringan;


b. hukuman disiplin sedang; dan


c. hukuman disiplin berat.


(2)  Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:


a. teguran lisan;


b. teguran tertulis; dan


c. pernyataan tidak puas secara tertulis.


(3)  Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:


a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;


b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan


c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.


(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:


a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;


b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;


c. pembebasan dari jabatan;


d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan


e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.


Dilihat dari pendekatannya PP ini dapat dikatakan sebagai pendekatan feodal. Hal tersebut terlihat dari seluruh isi PP ini hanya mengatur tentang Hukuman bagi PNS yang melanggar peraturan pemerintah atau tidak disiplin. Sedangkan PNS yang melaksanakan disiplin dengan baik, atau malah berprestasi dalam menjalankan tugas tidaklah ada apresiasi berdasarkan PP ini. Mungkin   asumsinya adalah sebuah kedisiplinan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh PNS adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PNS.

Wednesday, September 14, 2011

Salah Kaprah Kegiatan Tengah semester

Dalam kalender pendidikan tahun pelajaran 2011/2012 tanggal 26 - 29 September 2011 ditetapkan sebagai kegiatan tengah semester. Di banyak daerah Dinas Pendidikan menuliskan di Kalender pendidikannya sebagai ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL.

Saya tidak tahu kenapa Kegiatan Tengah Semester (KTS) yang semula berisikan perintah untuk melaksanakan kegiatan pengembangan bakat minat yang lebih bersifat fun dan menggembirakan ini berubah menjadi semacam 'UJIAN' yang oleh siswa disikapi sebagai kegiatan yang 'mencekam'. Apakah ada perubahan paradigma dari pelaku pendidikan di daerah ataukah ada 'kepentingan' tertentu sehingga format kegiatan tengah semester menjadi kegiatan seperti itu.

Secara umum, ulangan bertujuan mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dan untuk memberi umpan balik bagi guru. Sedangkan KTS, arah dan tujuannya sebagaimana yang ditentukan oleh Mendiknas.

Dalam Keputusan Mendiknas RI Nomor 125/U/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar fektif di Sekolah, tentang KTS diatur sebagai berikut,

1. Jenis Kegiatan

Pada tengah semester 1 dan tengah semester 2 sekolah melakukan kegiatan :

  1. pekan olah raga dan seni (porseni),

  2. karyawisata,

  3. lomba kreativitas, atau

  4. praktik pembelajaran


Waktu Pelaksanaan

  • Sesuai ketentuan Kep Mendiknas No. 125/U/2002, KTS diselenggarakan pada penggalan paruh waktu semester.

  • Lama kegiatan adalah 4 hari.


3. Pelaksana

Kegiatan tengah semester direncanakan dan dilaksanakan oleh sekolah. Ketentuan ini dapat dipahami sebagai bentuk otonomi sekolah (manajemen berbasis sekolah). Dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1) disebutkan, “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.” Maka, sekolah yang kondusif akan melaksanakan KTS dengan program yang sesuai dengan visi dan misi sekolah. Melalui kerja sama dengan Komite Sekolah/Madrasah sebagai stake holder maka KTS diharapkan pelaksanaannya membawa dampak posif bagi (manajemen) sekolah dan prestasi anak didik.

4. Tujuan

Kegiatan tengah semester bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik dalam rangka pengembangan pendidikan seutuhnya. Oleh karena itu, kegiatan yang diselenggarakan diarahkan untuk mengembangkan :

  1. bakat,

  2. keterampilan,

  3. prestasi, dan

  4. kreativitas siswa.


Melalui kegiatan sesuai arah pengembangan di atas maka akan mengembangkan dan menumbuhkan potensi global pendidikan dan pembelajaran, antara lain motivasi, kebersamaan, tanggung jawab, kedisiplinan, kepemimpinan, dan kompetisi sehat.

Nah, dari deskripsi di atas teman-teman guru kami persilahkan untuk memberikan makna dalam Kegiatan Tengah Semester kali ini. Trima kasih

Friday, August 12, 2011

KOMUNITAS PEMBELAJARAN (LEARNING COMMUNITY)

Teman pendidik yang berbahagia, berikut saya tuliskan kembali materi pelatihan dari DBE 2 USAID di mana saya juga ikut terlibat dalam proses pelatihan ini. Semoga bermanfaat.

A. Pengertian dan Hakikat Komunitas Pembelajaran

 Senge (1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;

Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Perubahan yang cepat dan mendasar di dalam masyarakat yang berkaitan dengan informasi, teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengharuskan kita untuk meninjau kembali pandangan dan bayangan kita mengenai organisasi, termasuk sekolah. Bagi Indonesia, kehadiran otonomi daerah, kurikulum baru (KBK dan sekarang KTSP) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menambah urgensi perubahan. Perubahan tersebut dapat dimulai dari pengembangan komunitas pembelajaran. Model dan manajemen sekolah semestinya berubah bila Indonesia ingin mengatasi berbagai tantangan yang muncul dan meningkatkan hasil belajar dan kehidupan siswa.

Model manajemen sekolah merupakan keyakinan tentang bagaimana sebuah sekolah bekerja. Seringkali, bagi kebanyakan orang dewasa, mereka mendasarkan ingatan mereka akan saat-saat mereka dahulu bersekolah. Model seperti ini membatasi pengertian kita tentang bagaimana seharusnya sekolah bekerja dalam situasi yang berbeda. Model sekolah yang dikelola oleh stakeholder berbeda secara signifikan karena mereka sangat menentukan kelangsungan manajemen sekolah. Para stakeholder perlu secara kontinyu memikirkan berbagai model, dan mengembangkan gagasan-gagasan mengenai sekolah yang seharusnya.

Inti dari model baru dimana sekolah berfungsi sebagai sebuah komunitas pembelajaran adalah konsep bahwa belajar sepanjang hayat merupakan aktivitas dasar setiap individu dan warga sekolah secara keseluruhan. Sebuah sekolah seyogyanya dapat menjawab secara kreatif dan adaptif perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan di dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakat belajar hendaknya dihargai dan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Semua stakeholder perlu bertekad dan terlibat aktif di dalam penemuan dan pemecahan masalah di kelas, pelaksanaan pengajaran dan manajemen sekolah.

Model sekolah sebagai sebuah komunitas pembelajaran akan bermuara pada:

Friday, August 5, 2011

Contoh RPP Tematik dengan Pendidikan Karakter

Awal tahun pelajaran 2011-2012 Mendiknas M Nuh memberikan sambutan yang harus diteruskan oleh seluruh jajaran Pendidikan di Institusi masing-masing mulai dari Sekolah dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Bahkan selain sambutan mendiknas yang harus dibacakan oleh kepala satuan Pendidikan, juga diharuskan untuk mengucapkan Janji/ Prasetya dari masing-masing komponen pendidikan seperti guru, karyawan dan siswa untuk secara konsisten menerapkan pembelajaran karakter di sekolah atau perguruan tinggi masing-masing.

Pendidikan Karakter perlu dikembangkan di sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Adapun acuan konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan sebagaimana uraian berikut.

1. Olah Hati (Spiritual and emotional development). Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional.

2. Olah Pikir (intellectual development). Olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual.

3. Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development). Olah raga bermuara pada pengelolaan fisik.

4. Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Olah rasa bermuara pada pengelolaan kreativitas

Pengembangan pendidikan karakter bisa menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character-based Integrated Curriculum). Kurikulum ini merupakan kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak. Sebuah kurikulum yang terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual.

Bidang-bidang pengembangan yang ada di TK dan mata pelajaran yang ada di SD yang dikembangkan dalam konsep pendidikan kecakapan hidup yang terkait dengan pendidikan personal dan sosial, pengembangan berpikir/kognitif, pengembangan karakter dan pengembangan persepsi motorik juga dapat tersusun dengan baik apabila materi ajarnya dirancang melalui pembelajaran yang terpadu dan menyeluruh (Holistik). Pembelajaran holistik terjadi apabila kurikulum dapat menampilkan tema yang mendorong terjadinya eksplorasi atau kejadian-kejadian secara autentik dan alamiah. Dengan munculnya tema atau kejadian yang alami ini akan terjadi suatu proses pembelajaran yang bermakna dan materi yang dirancang akan saling terkait dengan berbagai bidang pengembangan yang ada dalam kurikulum.

Pembelajaran holistik berlandaskan pada pendekatan inquiry, dimana anak dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi dan berbagi gagasan. Anak-anak didorong untuk berkolaborasi bersama teman-temannya dan belajar dengan “cara” mereka sendiri. Anak-anak diberdayakan sebagai si pembelajar dan mampu mengejar kebutuhan belajar mereka melalui tema-tema yang dirancang. Sebuah pembelajaran yang holistik hanya dapat dilakukan dengan baik apabila pembelajaran yang akan dilakukan alami, natural, nyata, dekat dengan diri anak, dan guru-guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan kreativitas dan bahan-bahan atau sumber yang kaya serta pengalaman guru dalam berlatih membuat model-model yang tematis juga sangat menentukan kebermaknaan pembelajaran.

Agar dapat diimplementasikan dengan baik dalam proses pembelajaran sehari-hari maka perlu dimasukkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh masing-masing pendidik. Berikut adalah CONTOH RPP TEMATIK YANG MEMASUKKAN PENDIDIKAN KARAKTER. SILAHKAN  DOWNLOAD !!

Semoga bermanfaat.

Saturday, July 23, 2011

TOT Pusat Sumber Belajar Gugus untuk Perguruan Tinggi

Universitas sebelas Maret Surakarta, 12-13 Juli 2011
Tanggal 12-13 Juli yang lalu saya menfasilitasi teman-teman Dosen dari 7 Perguruan Tinggi.  Saya tidak menyangka ternyata Perguruan Tinggi mempunyai attensi yang sangat tinggi terhadap keberadaan Pusat Sumber Belajar Gugus (PSBG) yang berada di setiap gugus sekolah di setiap kecamatan. PSBG adalah semacam kelompencapir (kelompok Pendengar pembaca dan pemirsa) namun khusus untuk komunitas para guru. PSBG ini dibentuk oleh sekitar 8-10 sekolah-sekolah terdekat untuk berkumpul dan merencanakan kegiatan bersama demi pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan.

PSBG sebagai Pusat Sumber Belajar mempunyai berbagai sumber belajar yang dibedakan menjadi 3 jenis:

  1. Sumber Belajar Cetak - non cetak. Sumber belajar ini berupa buku-buku, modul, Alat Peraga, CD-CD Pembelajaran dan sebagainya.

  2. Sumber Belajar Sumber daya Manusia. Di PSBG juga memiliki sumber belajar yang berupa Sumber Daya manusia yang terdiri dari para MTT (Master Teacher Trainers), PBS (Pemandu Bidang Studi) dan teman-teman guru lain yang memiliki informasi tertentu yang dapat dibagi kepada seluruh warga gugus.

  3. Sumber Belajar akses of line dan on line. Sumber belajar ini akan menjawab keterbatasan sumber belajar yang ada di PSBG. Jaringan internet menjawab keterbatasan sumber belajar yang ada di PSBG. Dengan jaringan internet berbagai informasi dapat diperoleh secara leluasa untuk memenuhi kebutuhan akan informasi para warga gugus.  adapun akses of line bisa diperoleh PSBG dari hubungan personel dengan para Dosen, Widyaiswara, atau elemen lain seperti praktisi LSM pendidikan.


Para dosen mendapat wawasan baru bahwa PSBG selain sebagai Pusat Sumber Belajar juga merupakan "WARUNG" tempat  "MENJUAL" berbagai ilmu dan  informasi pendidikan dari Perguruan Tinggi kepada konsumen langsung yaitu para guru. Konsep WARUNG sebagai tempat JUALAN ini akan sangat membantu Perguruan Tinggi dalam MEMASARKAN berbagai kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan secara sistematis, terencana dan terarah.

Friday, July 8, 2011

Kisi-kisi Ujian tertulis PLPG 2011

Teman-teman guru yang sekarang sedang mengikuti PLPG tentu sangat membutuhkan kisi-kisi ujian tertulis PLPG. Karena dengan bisa mengerjakan Ujian tertulis tersebut, teman-teman tentu berharap bisa lulus PLPG sehingga bisa tercatat sebagai guru yang profesional. Dan yang lebih penting lagi adalah bisa menerima Tunjangan Sertifikasi yang konon jumlahnya sama dengan gaji. Wah siapa yang tidak ingin, kalau begitu gaji teman-teman guru bisa menjadi 2 kali lipat. Okelah kalau begitu tidak perlu basa-basi lagi berikut saya ikut menyebarkan informasi dari saudara tunas63 tentang kisi-kisi Ujian Tertulis PLPG. SILAHKAN DOWNLOAD DI SINI

Tuesday, June 28, 2011

Contoh RPP Tematik kelas 1 SD

Menyambung tulisan saya terdahulu tentang 'PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK' akan lengkap jika pada tulisan saya berikut ini akan menyajikan contoh-contoh RPP tematik untuk siswa kelas 1 sekolah dasar. Dengan demikian para pembaca tidak hanya mendapatkan gambaran tentang konsep tematik secara teoritis, namun juga mendapatkan gambaran riil tentang bagaimana membuat persiapan pembelajaran untuk mengimplementasikan pembelajaran tematik di kelas.

Berikut saya lampirkan contoh-contoh RPP tematik untuk kelas 1 Sekolah Dasar, untuk tema-tema sebagai berikut:

  1. Diri sendiri

  2. keluarga

  3. kegemaran

  4. lingkungan

  5. budipekerti

  6. Pengalaman

Regional District Workshop

[caption id="attachment_1495" align="alignleft" width="300" caption="UNS, 27 Juni 2011"][/caption]

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan secara komprehensip dan berkelanjutan di Indonesia dilaksanakanlah Regional District Workshop mulai tanggal 27 Juni s.d 11 Juli 2011. Kegiatan ini mempertemukan antara Universitas dengan pemerintah Daerah untuk memikirkan bersama dalam pengembangan kualitas pendidikan di daerah.

Kegiatan pertama dilaksanakan di Universitas Negeri Surakarta (UNS) dengan diikuti oleh perwakilan pemerintah daerah kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Temanggung, Sragen, Karanganyar, Surakarta, Sukoharjo. Adapun dari pihak universitas yang datang adalah dari UNS sendiri, UMS, IAIN Walisongo dan UNY.

Kegiatan kedua, dilaksanakan di UKSW Salatiga. Dalam kesempatan tersebut dihadiri oleh kabupaten Wonosobo, Klaten, Batang, Salatiga, Grobogan, Magelang, Semarang, Blora dan Batang. Adapun universitas yang hadir adalah UNSIQ wonosobo, Untid Magelang, IAIN Walisongo Semarang dan UKSW sendiri.

Dalam kesempatan ini dihasilkan berbagai kesepakatan antara lain:

  1. Penngkatan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan Perguruan Tinggi

  2. Pihak Perguruan Tinggi siap mendukung program-program pemerintah daerah yang ditujukan untuk peningkatan mutu pendidikan.

  3. Pemerintah daerah akan memberikan alokasi anggaran untuk peningkatan mutu pendidikan.

  4. Jadwal dan anggaran akan diatur lebih lanjut melalui komunikasi intensif antar perguruan tinggi dengan pamerintah daerah.

Thursday, June 2, 2011

TOT WIAL untuk para Dosen

Universitas Negeri Yogyakarta, 16 - 20 Mei 2011

[caption id="attachment_1423" align="alignleft" width="300" caption="TOT What Is Active Learning untuk Para Dosen LPTK se-Jateng dan DIY"][/caption]

Pembelajaran aktif atau lebih dikenal dengan PAKEM sudah lama dilaksanakan di Jenjang Pendidikan Dasar utamanya di TK dan di SD. Di Indonesia program ini sudah dimulai sejak tahun 1999. Namun demikian, gema PAKEM belumlah menyentuh pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Pada Jenjang Pendidikan sekolah menengah pertama (SLTP) baru sekitar tahun 2006 mulai dikenalkan. Bahkan di jenjang pendidikan sekolah menengah atas boleh dibilang sampai pada saat ini belum juga ada implementasinya.
Sebenarnya di lingkungan Perguruan Tinggi sudah lama di kenalkan akan PAKEM ini. Namun semua orang tentu maklum, jika di Perguruan Tinggi lebih banyak dikaji pada tataran teori.

Berdasarkan pengalaman, ternyata PAKEM tidaklah mudah diimplementasikan begitu saja setelah para calon guru menerima teori. Pada saat mereka melakukan PPL di sekolah mahasiswa lebih banyak "meniru" perilaku dosen pada saat mengajar mereka. Menyadari hal tersebut  maka pada tanggal 16 - 20 Mei 2011 bertempat di Universitas Negeri Yogyakarta para dosen LPTK se DIY dan Jawa Tengah menyelenggarakan Pelatihan untuk Pelatih WIAL (What Is Active Learning).

Dengan pelatihan ini diharapkan selain memahami hakekat PAKEM (pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan), para dosen juga bisa memberikan contoh implementasi pembelajaran yang PAKEM dalam memberikan mata kuliah maupun memberikan contoh mengajar di dalam kelas.

 

Sunday, May 22, 2011

KOMUNITAS PEMBELAJARAN (LEARNING COMMUNITY)

A. Pengertian dan Hakikat Komunitas Pembelajaran

 Senge (1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;

Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.

Perubahan yang cepat dan mendasar di dalam masyarakat yang berkaitan dengan informasi, teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengharuskan kita untuk meninjau kembali pandangan dan bayangan kita mengenai organisasi, termasuk sekolah. Bagi Indonesia, kehadiran otonomi daerah, kurikulum baru (KBK dan sekarang KTSP) serta Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menambah urgensi perubahan. Perubahan tersebut dapat dimulai dari pengembangan komunitas pembelajaran. Model dan manajemen sekolah semestinya berubah bila Indonesia ingin mengatasi berbagai tantangan yang muncul dan meningkatkan hasil belajar dan kehidupan siswa.

Model manajemen sekolah merupakan keyakinan tentang bagaimana sebuah sekolah bekerja. Seringkali, bagi kebanyakan orang dewasa, mereka mendasarkan ingatan mereka akan saat-saat mereka dahulu bersekolah. Model seperti ini membatasi pengertian kita tentang bagaimana seharusnya sekolah bekerja dalam situasi yang berbeda. Model sekolah yang dikelola oleh stakeholder berbeda secara signifikan karena mereka sangat menentukan kelangsungan manajemen sekolah. Para stakeholder perlu secara kontinyu memikirkan berbagai model, dan mengembangkan gagasan-gagasan mengenai sekolah yang seharusnya.

Inti dari model baru dimana sekolah berfungsi sebagai sebuah komunitas pembelajaran adalah konsep bahwa belajar sepanjang hayat merupakan aktivitas dasar setiap individu dan warga sekolah secara keseluruhan. Sebuah sekolah seyogyanya dapat menjawab secara kreatif dan adaptif perubahan yang terjadi di dunia pendidikan dan di dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakat belajar hendaknya dihargai dan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Semua stakeholder perlu bertekad dan terlibat aktif di dalam penemuan dan pemecahan masalah di kelas, pelaksanaan pengajaran dan manajemen sekolah.

Model sekolah sebagai sebuah komunitas pembelajaran akan bermuara pada:

  • Peningkatan kualitas hasil belajar siswa

  • Peningkatan yang bersifat terus menerus

  • Meningkatkan inovasi dan kreatifitas

  • Menumbuhkan keterampilan dan pemahaman

  • Meningkatkan tekad dan energi

  • Menumbuhkan respon terhadap lingkungan luar

  • Meningkatkan pelatihan dan program pengembangan untuk seluruh anggota komunitas, dan

  • Sekolah dan partisipasi masyarakat yang lebih efektif


B. Ciri-Ciri Utama Komunitas Pembelajaran

Dukungan Pembelajaran

Sekolah sebagai komunitas pembelajaran hendaknya memiliki tekad yang bulat mengenai nilai pembelajaran untuk semua. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar sesunguhnya menyenangkan, bahwa semua anggota komunitas memiliki kapasitas untuk belajar, dan setiap orang memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan karenanya perlu dihormati. Manusia perlu belajar bagaimana belajar. Secara umum, masih banyak sekolah yang berfokus pada isi pembelajaran semata. Dalam sebuah komunitas, pembelajaran seharusnya terfokus pada proses, isi dan hasil (outcome).

Gagasan komunitas pembelajaran memberikan gambaran:

Pergeseran model sekolah dari belajar parsial ke belajar secara utuh

  • Peninjauan kembali efektifitas praktek belajar-mengajar tradisional

  • Mempertimbangkan pengertian mutakhir mengenai (pendekatan) pembelajaran, proses dan pelajar

  • Pengembangan dan komitmen terhadap konsep tim pembelajaran


Membangun komunitas pembelajaran sesungguhnya mengharuskan sekolah mendefinisikan kembali harapan-harapan guru, orang tua, kepala sekolah dan siswa serta hubungan mereka secara utuh.

Dukungan Guru

Melalui komunitas pembelajaran:

  • Siswa diberdayakan, menjadi pelajar yang mandiri (self-directed) dan committed

  • Guru dan administrator merupakan pelajar yang committed dengan inkuiri dan refleksi yang berkesinambungan. Mereka adalah pelajar sepanjang hayat yang mengetahui detil pengajaran dan kebutuhan untuk terus memperdalam pengetahuan mereka

  • Kepala Sekolah adalah pemimpin pembelajaran, menjadi model belajar sepanjang hayat dan membantu pembelajaran anggota komunitas lainnya

  • Orang tua adalah parner pembelajaran

  • Tercipta lingkungan bekerja berfokus belajar, aktivitas belajar formal dan informal diberi penghargaan yang sama


 

Dukungan Orang Tua

Di dalam komunitas pembelajaran, orang tua siswa dan anggota komunitas lainnya tidak diperlakukan sebagai pihak luar, melainkan sebagai partisipan penuh. Sekolah perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman orang tua siswa.  Bila sekolah ingin menjadi sebuah komunitas, saling berhubungan, berkaitan dan berbagi dengan pemangku kepentingan lainnya (stakeholder), sekolah tidak boleh dihalangi oleh berbagai batas dan aturan-aturan formal yang tidak produktif. Oleh karena itu sekolah perlu:

  • Membangun kesejawatan dengan orang tua siswa

  • Membangun kesan komunitas di dalam sekolah dengan meruntuhkan batas-batas antara mata pelajaran dan membangun tim pembelajaran di dalam kelas(classroom community), dan

  • Membangun jaringan dan kesejawatan dengan komunitas lainnya


Dukungan Pemimpin

Kepemimpinan di dalam komunitas pembelajaran adalah pekerjaan yang penting. Bila kepala sekolah adalah pemimpin di dalam belajar, pemimpin lainnya harus ditemukan di semua level komunitas pembelajaran. Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, pemimpin berperan sebagai designer, guru dan administrator. Peran kepemimpinan ini memerlukan pengembangan keterampilan baru untuk;

  • Membangun visi yang sama

  • Mengomunikasikan dan mengimplementasikan prosedur pelaksanaan,

  • Membantu pola sistematik dalam berpikir


Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, kepemimpinan, kekuasaan dan otoritas didapatkan melalui;

  • Kapasitas untuk memimpin secara kolaboratif

  • Kualitas kontribusi terhadap budaya dan operasional sekolah, dan

  • Pengetahuan, kebijaksanaan, pengertian dan pengambilan keputusan


Otoritas yang didapatkan dengan cara seperti di atas jauh lebih berpengaruh dan tahan lama daripada otoritas yang diperoleh melalui posisi hirarki. Di dalam komunitas pembelajaran, pendelegasian kepemimpinan bersifat esensial.

Budaya Kerjasama

Sekolah yang berperan sebagai komunitas pembelajaran memiliki budaya kerjasama yang dicirikan dengan komitmen untuk:

  • Peningkatan yang berkesinambungan

  • Mencari praktek yang lebih baik di dalam dan di luar sekolah

  • Memberikan kontribusi ke praktek sekolah lain dengan membagi gagasan

  • Melakukan refleksi kritis dalam situasi terbuka dan saling menghargai

  • Mendiskusikan tujuan, nilai dan praktek sekolah


C. Mengaitkan Pembelajaran Individual dan Pembelajaran Stakeholder

 

Komunitas pembelajaran dibangun dari dalam oleh stakeholdernya sendiri. Mengaitkan pembelajaran individual dengan pembelajaran stakeholder merupakan elemen dasar membangun komunitas pembelajaran. Penekanan di sekolah biasanya diberikan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar belajar. Tertanam di dalam komunitas pembelajaran sebuah konsep bahwa bila seluruh stakeholder belajar, sekolah berkembang menyongsong masa depannya.

D. Membangun Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas Pembelajaran

Tantangan utama yang dihadapi sekolah sesungguhnya berasal dari warganya sendiri. Agar sekolah dapat menjadi sebuah komunitas pembelajaran, diperlukan waktu untuk berdiskusi secara terbuka. Diskusi tentang perubahan pendidikan yang lebih luas dan pembelajaran hendaknya bergerak naik dan turun. Adalah penting bagi seluruh stakeholder untuk memikirkan apa yang terjadi, menyepakati prinsip-prinsip kerjasama dan memanfaatkan praktek yang sudah ada untuk tumbuh. Tidak ada satu cara terbaik untuk membangun sebuah komunitas pembelajaran. Setiap sekolah hendaknya meramu sendiri strategi yang terbaik bagi konteks sekolah bersangkutan.

Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:

  • Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran mereka

  • Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama

  • Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder

  • Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir

  • Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama

  • Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan

  • Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas

  • Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum

  • Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa mengetui dan dapat melakukannya

  • Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan

  • Menekankan pentingnya tempat untuk belajar

  • Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan system

  • Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan

  • Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar

Sunday, May 8, 2011

PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan  memberikan banyak keuntungan, di antaranya:

  1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

  2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

  3. pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

  4. kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

  5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

  6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

  7. guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,  waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.


LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:


Normal
0




false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE













MicrosoftInternetExplorer4




























































































































































/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:"Table Grid";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-unhide:no;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}


 


A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK


 


Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar,  konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat  memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan  memberikan banyak keuntungan, di antaranya:


1)  Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,


2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;


3)   pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;


4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;


5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;


6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;


7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,  waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.


 


 


 


 


B.  LANDASAN PEMBELAJARAN TEMATIK


Landasan Pembelajaran tematik mencakup:


1.  Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.


2. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.


3. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).


B.  ARTI PENTING PEMBELAJARAN TEMATIK


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan  terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).


Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.


Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,


C.    KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK


Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:




  1. Berpusat pada siswa


Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.




  1. Memberikan pengalaman langsung


Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.




  1. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas


Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.


 


 




  1. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran


Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.


5.      Bersifat fleksibel


Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.




  1. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa


Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.




  1. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan


E. RAMBU-RAMBU


1.      Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan


2.      Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester


3.      Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.


4.      Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.


5.      Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral


6.      Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat


 


 


 


 


 


IV. LANGKAH PERSIAPAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK


 


Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.


A.  Pemetaan Kompetensi Dasar


Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:


1.   Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator


Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal  sebagai berikut:


a.       Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik


b.      Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran


c.       Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati


2.       Menentukan tema


a.     Cara penentuan tema


Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:


Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.


Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.


b.     Prinsip Penentuan tema


Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:


1)      Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:


2)      Dari yang termudah menuju yang sulit


3)      Dari yang sederhana menuju yang kompleks


4)      Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.


5)      Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa


6)      Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya


3.       Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator


Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.


B.  Menetapkan Jaringan Tema


Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. 


C.  Penyusunan Silabus


Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.


D.  Penyusunan RPP


Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:


1.       Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).


2.     Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.


3.       Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.


4.       Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).


5.       Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.


6.       Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).


Contoh: 


Tahap Persiapan Pembelajaran Tematik:


A.                                                    Pemetaan Kompetensi Dasar


Cara 1:


1.      Pelajari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar (KD) pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran


2.      Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut:


      Pilihan tema:











 


2.1        Diri sendiri


2.2        Keluarga


2.3        Lingkungan


2.4        Tempat Umum


2.5        Pengalaman


2.6        Budi Pekerti


2.7        Kegemaran


2.8        Tumbuhan


2.9        Hiburan


2.10    Binatang


2.11    Transportasi



 


2.12                    Kesehatan


2.13                    K3


2.14                    Makanan


2.15                    Pendidikan


2.16                    Pekerjaan


2.17                    Peristiwa


2.18                    Pariwisata/Rekreasi


2.19                    Kejadian sehari-hari


2.20                    Pertanian


2.21                    Negara


2.22                    Komunikasi



Buat “Matriks Hubungan Pemetaan Kompetensi Dasar dengan Tema”  seperti

Thursday, April 14, 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN IPA

Strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Di dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran adalah menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar.

Ciri-ciri penggunaan metode pembelajaran itu baik, bila semua kegiatan pembelajaran dapat:

1)      Mengundang rasa ingin tahu murid;

2)      Menantang murid untuk belajar;

3)      Mengaktifkan mental, fisik dan psikis murid;

4)      Memudahkan guru;

5)      Mengembangkan kreativitas murid; dan

6)      Mengembangkan pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari

Beberapa teknik penyajian dalam pembelajaran IPA, yaitu:

Saturday, March 19, 2011

Tikus Bisa Ngomong

Pernahkan anda menyaksikan film Stuart Little di layar TV atau di Bioskup?

[caption id="attachment_1388" align="alignleft" width="300" caption="Stuart Little"][/caption]

Ya, Anda sangat benar bahwa Stuart Little adalah seekor tikus putih yang diangkat sebagai anak oleh keluarga bahagia. Dalam film produksi tahun 1999 itu, dikisahkan pasangan Mr. dan Mrs. Little (Hugh Laurie dan Geena Davies) memutuskan mengadopsi seorang anak untuk menjadi adik bagi putra mereka, George (Jonathan Lipnicki). Di panti asuhan, ternyata mereka jatuh hati pada Stuart (Disuarakan Michael J. Fox) yang ternyata berbentuk tikus putih.

Yang menarik dalam film ini adalah bagian cerita yang mendeskripsikan betapa bencinya George ketika mengetahui bahwa adik angkatnya adalah seekor tikus kecil. Namun karena kecerdikan dan kepandaian Stuart si tikus kecil maka lama kelamaan Geaoge menjadi sangat sayang kepada si tikus kecil tersebut. Apalagi si tikus bisa ngomong sebagaimana halnya orang pada umumnya. Maka misi penyelematan keluarga George-pun diemban oleh stuart. Tugas yang demikian beratpun mampu dia laksanakan dengan sukses. Luar Basa!!!

Pembelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa tersebut adalah, alangkah hebatnya jika kita mampu ngomong sebagaimana kebanyakan orang. Bahasa apa itu yang kebanyakan orang memahami ? tidak lain adalah Bahasa Inggris. Kita bangsa yang kecil, dengan postur tubuh yang kecil tentu banyak memiliki kelebihan yang bangsa besar tidak memilikinya. Namun bagaimana mereka bisa tahu tentang kelebihan kita kalau kita tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Oleh karena itu pada tahun ke-3 ini kita terus meningkatkan kualitas penyelenggaraan kelas Bilingual di SD Negeri 4 Krandegan. Dengan begitu semoga anak-anak didik kita yang akan datang mampu mengemban misi-misi berat yang akan diamanatkan kepada mereka.

Cerita selengkapnya dalam film tersebut adalah sebagai berikut: Mr. dan Mrs. Little memutuskan membawa pulang Stuart yang cerdik dan pandai berbicara ke rumah barunya. George yang merasa senang mendapat adik baru, terkaget-kaget ketika melihat bagaimana sosok Stuart sebenarnya. Kekagetan George berubah menjadi perasaan tidak senang terhadap kehadiran adik angkat itu di rumahnya. Ternyata kucing rumah yang bernama Snowbell (disuarakan Nathan Lane), pun turut membencinya.

Snowbell merasa dipermalukan karena Stuart yang merupakan tikus putih bisa menjadi majikannya. Snowbell ingin menyingkirkan Stuart secara permanen, maka ia merencanakan usaha pembunuhan terhadap majikan barunya yang lebih kecil darinya dengan bekerja sama dengan beberapa kucing gelandangan yang dipimpin oleh kucing galak Smokey (disuarakan Chazz Palminteri). Kini Stuart harus menggunakan segala akalnya untuk menyelamatkan diri dari ulah Snowbell dan konco-konconya.

Monday, March 14, 2011

Saturday, February 5, 2011

New Learning Environment: Electronic & Mobile-Learning

Jakarta, 4-6 Fabuari 2011

[caption id="attachment_1369" align="alignright" width="170" caption="Png Bee Hin"][/caption]

Sebuah perkembangan baru di dunia pendidikan yang sangat luar biasa dalam pemanfaatan teknologi informasi. Setelah sebelumnya dunia pendidikan dibuat terang dengan dengan e-learning, kini ada media yang sangat canggih, murah dan sebenarnya sudah dimiliki oleh masyarakat luas sejak decade 1990-an, yaitu handphone yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran. Begitulah kata Png Bee Hin CEO Learning and Development Reasources (LDR) Pte Ltd dari Singapura dalam acara ITCEE (International Teachers Conference and Education Exhibition)

Perkembangan Handphone sekarang demikian cepat, sehingga yang dulunya hanya merupakan alat “panggil” sekarang menjadi teknologi multimedia dengan banyak fasilitas. Mulai dari fasilitas telephone, kamera, radio, music, bahkan juga dilengkapi dengan fasilitas internet dan GPS. Perkembangan handphone yg demikian canggih sehingga orang sering menyebut dengan “smart phone”, karena piranti  ini demikian lengkap dan cerdas untuk mencukupi kebutuhan informasi dan hiburan bagi panggunanya.

Kantras kondisi Pendidikan antara Finlandia dengan Indonesia

[caption id="attachment_1359" align="alignleft" width="300" caption="Mrs. Lea Kuusilehto bersama Wakemendiknas Prof. Dr. Fasli Jalal."][/caption]

Beberapa bulan yang lalu saya diundang untuk menjadi salah satu pembicara Pembantu dalam acara ITCEE (International Teachers Conference and Education Exhibition) 2011 menghadirkan para pakar pendidikan dari berbagai belahan dunia seperti dari Amerika, Finlandia, Singapura, Jepang dan sebagainya. Dalam acara yang dihadiri oleh guru dari hampir seluruh provinsi di Indonesia ini didapatkan banyak pengalaman berharga, mulai dari kondisi pendidikan di berbagai negara sampai kondisi guru dari masing-masing negara tersebut.

Yang sangat menarik bagi saya adalah Presentasi dari Mrs. Lea Kuusilehto dari Finlandia. Beliau mengungkapkan sebenarnya Finlandia adalah negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup dan kondisi geografis yang kurang menguntungkan. Namun sejak awal mereka menyadari bahwa satu-satunya hata yang sangat berharga adalah anak manusia yang mempunyai segala kemampuan untuk merubah semua kondisi yang ada. Selain itu warga negaranya juga sadar betul terhadap kondisi ini, sehingga jikalau mereka ingin tetap bertahan hidup maka mereka harus mengasah segala kemampuannya untuk mengalahkan pertarungan keras dengan kondisi alam yang tidak menguntungkan.

Alhasil hampir 98% warga negaranya sudah melanjutkan sekolah sampai ke jenjang lanjutan. Dan sejak tahun 2007 sekolah lanjutan di Finlandia hampir 96% adalah sekolah kejuruan. Bahkan 2,2 juta penduduknya lebih memilih pendidikan keahlian non gelar.

Guru merupakan profesi yang sangat dihargai, karena mereka adalah penentu masa depan anak bangsa. Dengan gaji hampir sama dengan gaji menteri di Indonesia, maka peminat terhadap pekerjaan guru sangatlah laur biasa banyak.   Hanya 10% saja dari pendaftar yang bisa diterima menjadi guru.

Di Finlandia juga menunjukkan taraf pendidikan perempuan justru lebih tinggi di banding para pria, hal ini berdampak pada pendidikan anak-anak di negara itu menjadi lebih baik dibanding Amerika Serikat sekalipun.

Management Pendidikan di sana benar-benar telah mengimplementasikan School Based management dengan sebenarnya. Bukan hanya masyarakat yang diminta untuk terlibat dalam pengembangan sekolah, namun juga kebijakan-kebijakan pemerintah juga mendasarkan pada masukan-masukan riil dari sekolah-sekolah. Infra struktur pendidikan/ sekolah sangatlah penting untuk dicukupi dan di lengkapi. Semua biaya pendidikan bagi warga negara adalah gratis, tanpa dipungut sedikitpun. Bahkan para siswa mendapatkan fasilitas untuk transportasi, makan siang, dan buku-buku gratis.

Wednesday, January 19, 2011

KISI-KISI UASBN SD/MI TAHUN 2011

Untuk mempersiapkan ujian akhir sekolah berstandar nasional UASBN SD/MI tahun 2011, maka berikut ini saya muat kisi-kisi soal UASBN tahun 2011. Bapak Ibu guru silahkan KLik atau download di sini tentang Permendiknas No 2 Tahun 2011. Semoga Bermanfaat!

Wednesday, January 5, 2011

Implementasi Konstruktivistik dalam Pembelajaran

Temanggung, 19-21 Desember 2010.

Teori belajar  konstruktivisme menekankan bahwa belajar adalah proses aktif siswa untuk mengolah informasi baru berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya sebelumnya.  Dalam proses pembelajaran, siswa harus mendapatkan penekanan, aktif  mengembangkan pengetahuan mereka, dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Jean Piaget, Lev Vygotsky dan Jerome Bruner merupakan tokoh dalam pengembangan konsep konstruktivisme. Mereka merupakan peletak dasar paham konstruktivisme dengan kajiannya bertahun-tahun dalam bidang psikologi dan perkembangan intelektual anak. Piaget (1886-1980) adalah seorang ahli psikologi Swiss, yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual. Piaget menjelaskan bahwa anak memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.

Kompetensi Dasar Guru sebagai Agen Pembelajaran (Implementasi dari Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)

(Disajikan dalam workshop “Bedah Profesionalisme guru” pada 7 Maret 2010 di Wonosobo)



Masalah yang terus menjadi masalah dalam dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Proses pembejaran lebih diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut dan tidak berupaya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika peserta didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin dalam aplikasi.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran sains tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam proses pembelajaran. Mata pelajaran agama, tidak dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena proses pembelajaran hanya diarahkan agar siswa bisa menguasai dan menghafal materi pembelajaran. Mata pelajaran bahasa tidak diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, karena yang dipelajari lebih banyak bahasa sebagai ilmu bukan sebagai alat komunikasi. Anak hafal masalah perkalian dan pembagian, tetapi mereka bingung berapa harus membayar manakala ia disuruh membeli 2,5 kg telur, dengan harga satu kilogram Rp 12.500,-; Anak juga hafal langkah-langkah berpidato, tetapi mereka bingung ketika mereka disuruh bicara di muka umum. Gejala-gejala seperti ini merupakan gejala umum dari hasil proses pendidikan kita.