Thursday, August 21, 2008

Managemen Kelas Komputer Terbatas (bagian 1)


Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40 siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa --- dan dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.

Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemen untuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi:

• Model Pusat/Stasiun Pembelajaran (The Learning Centers/Stations Model)
• Model Navigator (The Navigator Model)
• Model Kelompok Kolaboratif (The Collaborative Groups Model)
• Model Para Ahli (The Expert Model)

Lebih lanjut, kami juga memberikan beberapa saran untuk aktivitas kelas lainnya yang dapat diselenggarakan hanya dengan 1 komputer.

Model-model manajemen di atas juga mendeskripsikan cara-cara yang dapat digunakan sehingga para siswa dapat mengajarkan teman-teman sekelasnya bagaimana menggunakan ICT. Dalam Model Pusat Pembelajaran, siswa bekerjasama untuk mempelajari bagaimana menjalankan sebuah program computer. Dalam Model Navigator, guru dapat mengajarkan tidak lebih dari 5 instruksi kepada wakil-wakil tim. Wakil-wakil ini akan kembali ke tim-nya masing-masing untuk mengajarkannya pada teman-temannya. Dalam Model Para Ahli, guru akan menunjuk seorang siswa yang dianggap ‘ahli’ untuk mengajarkan teman-teman sekelasnya untuk menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya, Model Kolaboratif menunjukkan bahwa tidak setiap aktivitas perlu terus-menerus melibatkan siswa --- dan bahwa penggunaan komputer oleh siswa dapat beragam sesuai dengan tugas yang diberikan.

Managemen Kelas Komputer Terbatas (bagian 1)


Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40 siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa --- dan dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.

Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemen untuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi:

• Model Pusat/Stasiun Pembelajaran (The Learning Centers/Stations Model)
• Model Navigator (The Navigator Model)
• Model Kelompok Kolaboratif (The Collaborative Groups Model)
• Model Para Ahli (The Expert Model)

Lebih lanjut, kami juga memberikan beberapa saran untuk aktivitas kelas lainnya yang dapat diselenggarakan hanya dengan 1 komputer.

Model-model manajemen di atas juga mendeskripsikan cara-cara yang dapat digunakan sehingga para siswa dapat mengajarkan teman-teman sekelasnya bagaimana menggunakan ICT. Dalam Model Pusat Pembelajaran, siswa bekerjasama untuk mempelajari bagaimana menjalankan sebuah program computer. Dalam Model Navigator, guru dapat mengajarkan tidak lebih dari 5 instruksi kepada wakil-wakil tim. Wakil-wakil ini akan kembali ke tim-nya masing-masing untuk mengajarkannya pada teman-temannya. Dalam Model Para Ahli, guru akan menunjuk seorang siswa yang dianggap ‘ahli’ untuk mengajarkan teman-teman sekelasnya untuk menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya, Model Kolaboratif menunjukkan bahwa tidak setiap aktivitas perlu terus-menerus melibatkan siswa --- dan bahwa penggunaan komputer oleh siswa dapat beragam sesuai dengan tugas yang diberikan.

Managemen Kelas Komputer Terbatas (bagian 1)


Bagaimana guru dapat menggunakan 1 atau 2 unit computer saja untuk 40 siswa? Bagaimana guru dapat membantu siswa mereka untuk belajar bagaimana menggunakan ICT tanpa harus mengorbankan seluruh waktu belajar untuk pelajaran computer semata? Masalah manajemen atau pengelolaan semacam ini sering menjadi masalah terpenting yang dihadapi para guru pada saat ingin memulai ICT. Padahal, di negara-negara lain di dunia, para guru telah berhasil menggunakan 1 atau 2 unit computer untuk sekelompok besar siswa --- dan dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.

Pedoman ini memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang sering diajukan para guru. Pedoman ini memperkenalkan 4 model manajemen untuk menyelenggarakan kelas komputer yang terbatas (sebuah kelas yang hanya memiliki 1 sampai 4 komputer untuk 40 siswa). Model-model ini meliputi:

• Model Pusat/Stasiun Pembelajaran (The Learning Centers/Stations Model)
• Model Navigator (The Navigator Model)
• Model Kelompok Kolaboratif (The Collaborative Groups Model)
• Model Para Ahli (The Expert Model)

Lebih lanjut, kami juga memberikan beberapa saran untuk aktivitas kelas lainnya yang dapat diselenggarakan hanya dengan 1 komputer.

Model-model manajemen di atas juga mendeskripsikan cara-cara yang dapat digunakan sehingga para siswa dapat mengajarkan teman-teman sekelasnya bagaimana menggunakan ICT. Dalam Model Pusat Pembelajaran, siswa bekerjasama untuk mempelajari bagaimana menjalankan sebuah program computer. Dalam Model Navigator, guru dapat mengajarkan tidak lebih dari 5 instruksi kepada wakil-wakil tim. Wakil-wakil ini akan kembali ke tim-nya masing-masing untuk mengajarkannya pada teman-temannya. Dalam Model Para Ahli, guru akan menunjuk seorang siswa yang dianggap ‘ahli’ untuk mengajarkan teman-teman sekelasnya untuk menggunakan komputer sesuai dengan kebutuhan mereka. Akhirnya, Model Kolaboratif menunjukkan bahwa tidak setiap aktivitas perlu terus-menerus melibatkan siswa --- dan bahwa penggunaan komputer oleh siswa dapat beragam sesuai dengan tugas yang diberikan.

Mengelola "GENGSI GURU"

MANAGEMEN GENGSI GURUIngatkah anda tayangan film Tai chi Master ? Film itu dibintangi oleh Jet Lee. Dalam film itu dikisahkan bahwa untuk mengalahkan sebuah kekuatan yang besar tidak bisa dilawan dengan kekuatan yang besar pula. Apalagi hanya dilawan dengan tenaga seadanya dan dengan teknik yang seadanya pula.
Dikisahkan dalam film Tai Chi Master bahwa melihat lawannya yang jauh lebih kuat dan lebih tinggi teknik kungfunya, maka Jet Lee mempelajari Jurus Tai Chi, yaitu jurus yang memanfaatkan tenaga lawan untuk melumpuhkan lawan itu sendiri. Misalnya saat lawan memukul tidak perlu dihadapi dengan pukulan juga atau tangkisan, namun cukup menarik tangan lawan yang digunakan untuk memukul tersebut. Dengan demikian tenaga yang dibutuhkan jauh lebih kecil tetapi menghasilkan efek yang sangat besar karena memanfaatkan tenaga lawan pada saat memukul. Justru tenaga yang kita gunakan adalah untuk menambah daya lontar tangan saat memukul. Saking kuatnya memukul ditambah gaya tarikan yang kita berikan hasilnya justru lawan terpelanting jatuh ke depan.
Kisah itu menginspirasi penulis untuk menulis buku ini. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjumpai banyak kesamaan dengan kisah Tai Chi Mater. Pada saat ini disaat pemerintah mencanangkan pendidikan gratis untuk untuk SD dan SLTP karena kondisi ekonomi rakyat yang masih memprihatinkan, di sisi lain beberapa sekolah muncul dengan mencanangkan SD maupun SMP TERPADU (maaf saya plesetkan menjadi akronim dari TERpaksa PAkai DUit). Beberapa sekolah swasta justru muncul dengan icon mahal dan berkelas. Tetapi anehnya semakin mahal suatu sekolah justru semakin diminati, bahkan menjadi rebutan.

Mengelola "GENGSI GURU"

MANAGEMEN GENGSI GURUIngatkah anda tayangan film Tai chi Master ? Film itu dibintangi oleh Jet Lee. Dalam film itu dikisahkan bahwa untuk mengalahkan sebuah kekuatan yang besar tidak bisa dilawan dengan kekuatan yang besar pula. Apalagi hanya dilawan dengan tenaga seadanya dan dengan teknik yang seadanya pula.
Dikisahkan dalam film Tai Chi Master bahwa melihat lawannya yang jauh lebih kuat dan lebih tinggi teknik kungfunya, maka Jet Lee mempelajari Jurus Tai Chi, yaitu jurus yang memanfaatkan tenaga lawan untuk melumpuhkan lawan itu sendiri. Misalnya saat lawan memukul tidak perlu dihadapi dengan pukulan juga atau tangkisan, namun cukup menarik tangan lawan yang digunakan untuk memukul tersebut. Dengan demikian tenaga yang dibutuhkan jauh lebih kecil tetapi menghasilkan efek yang sangat besar karena memanfaatkan tenaga lawan pada saat memukul. Justru tenaga yang kita gunakan adalah untuk menambah daya lontar tangan saat memukul. Saking kuatnya memukul ditambah gaya tarikan yang kita berikan hasilnya justru lawan terpelanting jatuh ke depan.
Kisah itu menginspirasi penulis untuk menulis buku ini. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjumpai banyak kesamaan dengan kisah Tai Chi Mater. Pada saat ini disaat pemerintah mencanangkan pendidikan gratis untuk untuk SD dan SLTP karena kondisi ekonomi rakyat yang masih memprihatinkan, di sisi lain beberapa sekolah muncul dengan mencanangkan SD maupun SMP TERPADU (maaf saya plesetkan menjadi akronim dari TERpaksa PAkai DUit). Beberapa sekolah swasta justru muncul dengan icon mahal dan berkelas. Tetapi anehnya semakin mahal suatu sekolah justru semakin diminati, bahkan menjadi rebutan.

Mengelola "GENGSI GURU"

MANAGEMEN GENGSI GURUIngatkah anda tayangan film Tai chi Master ? Film itu dibintangi oleh Jet Lee. Dalam film itu dikisahkan bahwa untuk mengalahkan sebuah kekuatan yang besar tidak bisa dilawan dengan kekuatan yang besar pula. Apalagi hanya dilawan dengan tenaga seadanya dan dengan teknik yang seadanya pula.
Dikisahkan dalam film Tai Chi Master bahwa melihat lawannya yang jauh lebih kuat dan lebih tinggi teknik kungfunya, maka Jet Lee mempelajari Jurus Tai Chi, yaitu jurus yang memanfaatkan tenaga lawan untuk melumpuhkan lawan itu sendiri. Misalnya saat lawan memukul tidak perlu dihadapi dengan pukulan juga atau tangkisan, namun cukup menarik tangan lawan yang digunakan untuk memukul tersebut. Dengan demikian tenaga yang dibutuhkan jauh lebih kecil tetapi menghasilkan efek yang sangat besar karena memanfaatkan tenaga lawan pada saat memukul. Justru tenaga yang kita gunakan adalah untuk menambah daya lontar tangan saat memukul. Saking kuatnya memukul ditambah gaya tarikan yang kita berikan hasilnya justru lawan terpelanting jatuh ke depan.
Kisah itu menginspirasi penulis untuk menulis buku ini. Ternyata dalam kehidupan sehari-hari kita juga menjumpai banyak kesamaan dengan kisah Tai Chi Mater. Pada saat ini disaat pemerintah mencanangkan pendidikan gratis untuk untuk SD dan SLTP karena kondisi ekonomi rakyat yang masih memprihatinkan, di sisi lain beberapa sekolah muncul dengan mencanangkan SD maupun SMP TERPADU (maaf saya plesetkan menjadi akronim dari TERpaksa PAkai DUit). Beberapa sekolah swasta justru muncul dengan icon mahal dan berkelas. Tetapi anehnya semakin mahal suatu sekolah justru semakin diminati, bahkan menjadi rebutan.

Berterimakasihlah kepada HAMBATAN



Mari kita amati gambar di atas? Apa yang ada di benak kita semua? Ya. Semua di antara kita pasti sepakat bahwa pertandingan sumo yang dilakukan tersebut tidak fair. Kita juga sudah dapat memprediksi dengan 99,9% benar bahwa hasil pertandingan nantinya akan dimenangkan oleh pesumo yang jauh lebih besar tersebut. Namun demikian apakah kita akan menghargai atas kemenangan yang dia dapatkan? Ahh.. sepertinya kita juga hanya akan memberikan senyuman kecut atas kemanangan yang dia raih itu dan dalam hati kita mengatakan,”semua orang juga bisa menang kalau lawannya anak kecil kaya gitu.” Apakah asosiasi olah raga sumo juga akan memberikan penghargaan kepadanya? Juga bisa kita tebak, asosiasi olah raga sumo juga mungkin tidak akan memberikan apresiasi apapun terhadap “si pemenang” dalam pertandingan itu. Asosiasi olah raga sumo juga harus berfikir tujuh kali untuk memberikan penghargaan terhadapnya, karena selain melecehkan lembaga nantinya juga akan membuat lembaga tersebut tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat.

Bagaimana perasaan bagi “si besar” yang menang itu? Andai saja saya yang menjadi pesumo besar tersebut, sepertinya tidak ada tempat yang tepat bagi saya untuk dapat membanggakan diri. Kemenangan yang saya raih dengan mudah tanpa Hambatan sedikitpun tentu bukan menunjukkan kehebatan saya. Saya juga akan sangat menyadari bahwa kemenangan yang saya peroleh dengan mengalahkan anak kecil tentu juga sesuatu yang akan dicibir oleh khalayak. Bahkan dimungkinkan hanya akan mendapatkan umpatan dari orang banyak, karena saya keji telah menyakiti anak kecil yang tentu saja tidak dapat melawan.

Sahabat.., dalam menjalan tugas di mana saja dan dalam posisi apa saja pasti kita akan mendapati hambatan . Hambatan bukan untuk dihindari, karena justru dengan menghindari hambatan kita akan mendapatkan hambatan -hambatan yang lain yang mungkin semakin sulit untuk dihadapi.

Kita pantas berterima HAMBATAN yang membuat kita menjadi kuat. Hambatan akan melatih kita untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada pada diri kita untuk mengalahkannya. Mungkin kita akan menjadi makhluk yang lemah seperti bayi, jika kita tidak pernah mendapati hambatan dalam hidup ini. Kita juga tidak mungkin bisa berjalan kalau dulu kita tidak mendapati beratnya mengangkat badan, sulitnya menjaga keseimbangan dan berkali-kali jatuh bangun.

Berterimakasihlah kepada HAMBATAN



Mari kita amati gambar di atas? Apa yang ada di benak kita semua? Ya. Semua di antara kita pasti sepakat bahwa pertandingan sumo yang dilakukan tersebut tidak fair. Kita juga sudah dapat memprediksi dengan 99,9% benar bahwa hasil pertandingan nantinya akan dimenangkan oleh pesumo yang jauh lebih besar tersebut. Namun demikian apakah kita akan menghargai atas kemenangan yang dia dapatkan? Ahh.. sepertinya kita juga hanya akan memberikan senyuman kecut atas kemanangan yang dia raih itu dan dalam hati kita mengatakan,”semua orang juga bisa menang kalau lawannya anak kecil kaya gitu.” Apakah asosiasi olah raga sumo juga akan memberikan penghargaan kepadanya? Juga bisa kita tebak, asosiasi olah raga sumo juga mungkin tidak akan memberikan apresiasi apapun terhadap “si pemenang” dalam pertandingan itu. Asosiasi olah raga sumo juga harus berfikir tujuh kali untuk memberikan penghargaan terhadapnya, karena selain melecehkan lembaga nantinya juga akan membuat lembaga tersebut tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat.

Bagaimana perasaan bagi “si besar” yang menang itu? Andai saja saya yang menjadi pesumo besar tersebut, sepertinya tidak ada tempat yang tepat bagi saya untuk dapat membanggakan diri. Kemenangan yang saya raih dengan mudah tanpa Hambatan sedikitpun tentu bukan menunjukkan kehebatan saya. Saya juga akan sangat menyadari bahwa kemenangan yang saya peroleh dengan mengalahkan anak kecil tentu juga sesuatu yang akan dicibir oleh khalayak. Bahkan dimungkinkan hanya akan mendapatkan umpatan dari orang banyak, karena saya keji telah menyakiti anak kecil yang tentu saja tidak dapat melawan.

Sahabat.., dalam menjalan tugas di mana saja dan dalam posisi apa saja pasti kita akan mendapati hambatan . Hambatan bukan untuk dihindari, karena justru dengan menghindari hambatan kita akan mendapatkan hambatan -hambatan yang lain yang mungkin semakin sulit untuk dihadapi.

Kita pantas berterima HAMBATAN yang membuat kita menjadi kuat. Hambatan akan melatih kita untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada pada diri kita untuk mengalahkannya. Mungkin kita akan menjadi makhluk yang lemah seperti bayi, jika kita tidak pernah mendapati hambatan dalam hidup ini. Kita juga tidak mungkin bisa berjalan kalau dulu kita tidak mendapati beratnya mengangkat badan, sulitnya menjaga keseimbangan dan berkali-kali jatuh bangun.

Berterimakasihlah kepada HAMBATAN



Mari kita amati gambar di atas? Apa yang ada di benak kita semua? Ya. Semua di antara kita pasti sepakat bahwa pertandingan sumo yang dilakukan tersebut tidak fair. Kita juga sudah dapat memprediksi dengan 99,9% benar bahwa hasil pertandingan nantinya akan dimenangkan oleh pesumo yang jauh lebih besar tersebut. Namun demikian apakah kita akan menghargai atas kemenangan yang dia dapatkan? Ahh.. sepertinya kita juga hanya akan memberikan senyuman kecut atas kemanangan yang dia raih itu dan dalam hati kita mengatakan,”semua orang juga bisa menang kalau lawannya anak kecil kaya gitu.” Apakah asosiasi olah raga sumo juga akan memberikan penghargaan kepadanya? Juga bisa kita tebak, asosiasi olah raga sumo juga mungkin tidak akan memberikan apresiasi apapun terhadap “si pemenang” dalam pertandingan itu. Asosiasi olah raga sumo juga harus berfikir tujuh kali untuk memberikan penghargaan terhadapnya, karena selain melecehkan lembaga nantinya juga akan membuat lembaga tersebut tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat.

Bagaimana perasaan bagi “si besar” yang menang itu? Andai saja saya yang menjadi pesumo besar tersebut, sepertinya tidak ada tempat yang tepat bagi saya untuk dapat membanggakan diri. Kemenangan yang saya raih dengan mudah tanpa Hambatan sedikitpun tentu bukan menunjukkan kehebatan saya. Saya juga akan sangat menyadari bahwa kemenangan yang saya peroleh dengan mengalahkan anak kecil tentu juga sesuatu yang akan dicibir oleh khalayak. Bahkan dimungkinkan hanya akan mendapatkan umpatan dari orang banyak, karena saya keji telah menyakiti anak kecil yang tentu saja tidak dapat melawan.

Sahabat.., dalam menjalan tugas di mana saja dan dalam posisi apa saja pasti kita akan mendapati hambatan . Hambatan bukan untuk dihindari, karena justru dengan menghindari hambatan kita akan mendapatkan hambatan -hambatan yang lain yang mungkin semakin sulit untuk dihadapi.

Kita pantas berterima HAMBATAN yang membuat kita menjadi kuat. Hambatan akan melatih kita untuk mengerahkan segala daya upaya yang ada pada diri kita untuk mengalahkannya. Mungkin kita akan menjadi makhluk yang lemah seperti bayi, jika kita tidak pernah mendapati hambatan dalam hidup ini. Kita juga tidak mungkin bisa berjalan kalau dulu kita tidak mendapati beratnya mengangkat badan, sulitnya menjaga keseimbangan dan berkali-kali jatuh bangun.