Wednesday, October 21, 2009

"Siswa belajar ICT bukan untuk jadi ahli ICT"

Seminar Nasional Pendidikan Pemanfaatan komputer untuk pendidikan. Pembahasan tentang pemanfaatan komputer di sekolah menjadi menarik dalam seminar kali ini. Pasalnya banyak sekolah rame-rame membuat laboratorium komputer. Apalagi dengan adanya akreditasi sekolah, bahwa sekolah yang mempunyai lab. komputer akan mendapat nilai baik dalam penilaian akreditasi tersebut. Bahkan tidak jarang sekolah dengan berbagai upaya memaksakan diri untuk mengadakan  komputer di sekolah hanya sekedar untuk gengsi belaka.
Belajar dengan media komputerKomputer yang sudah ada jarang digunakan untuk kegiatan siswa. Kalaupun digunakan hanyalah untuk belajar bagaimana "mengoperasikan" komputer sebagai alat ICT yang tidak tahu kemana arahnya setelah siswa mampu menguasai keterampilan itu.

Dengan membuat jadwal tertentu siswa dapat "kursus komputer" di lab. sekolah. Bukan tidak mungkin bahwa setiap siswa hanya bisa memegang komputer tersebut setiap 2 minggu sekali. Setiap kali "kursus komputer" siswa hanya dapat memperoleh kemanfaatan sebagai operator komputer.

Sangat disayangkan bahwa alat multimedia dengan fasilitas multifungsi tersebut hanya digunakan sebatas pada bagaimana cara mengetik di komputer. Padahal tujuan dari pembelajaran di sekolah adalah bagaimana kita mempersiapkan anak didik dengan berbagai kecakapan dan pengetahuan yang sebenarnya bisa kita peroleh dari komputer tersebut. Anak bisa memperoleh kecakapan untuk kontruksi mesin, anak bisa mengarang lagu, anak bisa membuat design rumah, merancang jembatan dan sebagainya dengan menggunakan komputer.

"Siswa belajar ICT bukan untuk jadi ahli ICT"

Seminar Nasional Pendidikan Pemanfaatan komputer untuk pendidikan. Pembahasan tentang pemanfaatan komputer di sekolah menjadi menarik dalam seminar kali ini. Pasalnya banyak sekolah rame-rame membuat laboratorium komputer. Apalagi dengan adanya akreditasi sekolah, bahwa sekolah yang mempunyai lab. komputer akan mendapat nilai baik dalam penilaian akreditasi tersebut. Bahkan tidak jarang sekolah dengan berbagai upaya memaksakan diri untuk mengadakan  komputer di sekolah hanya sekedar untuk gengsi belaka.
Belajar dengan media komputerKomputer yang sudah ada jarang digunakan untuk kegiatan siswa. Kalaupun digunakan hanyalah untuk belajar bagaimana "mengoperasikan" komputer sebagai alat ICT yang tidak tahu kemana arahnya setelah siswa mampu menguasai keterampilan itu.

Dengan membuat jadwal tertentu siswa dapat "kursus komputer" di lab. sekolah. Bukan tidak mungkin bahwa setiap siswa hanya bisa memegang komputer tersebut setiap 2 minggu sekali. Setiap kali "kursus komputer" siswa hanya dapat memperoleh kemanfaatan sebagai operator komputer.

Sangat disayangkan bahwa alat multimedia dengan fasilitas multifungsi tersebut hanya digunakan sebatas pada bagaimana cara mengetik di komputer. Padahal tujuan dari pembelajaran di sekolah adalah bagaimana kita mempersiapkan anak didik dengan berbagai kecakapan dan pengetahuan yang sebenarnya bisa kita peroleh dari komputer tersebut. Anak bisa memperoleh kecakapan untuk kontruksi mesin, anak bisa mengarang lagu, anak bisa membuat design rumah, merancang jembatan dan sebagainya dengan menggunakan komputer.

Tuesday, October 20, 2009

Sistem Kerja otak pada pembelajaran siswa aktif

[caption id="attachment_988" align="alignleft" width="175" caption="Mr Vincent P Costa (Provincial Coordinator DBE 2 of Central Java)"]Mr Vincent P Costa (Provincial Coordinator DBE 2 of Central Java)[/caption]

Mengapa proses pembelajaran yang dilakukan harus mengaktifkan siswa. Banyak teori yang mendasari tentang mengapa aktif learning. Berdasarkan teori belajar aktif harus dilakukan karena

Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb).

Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).

Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).

Sistem Kerja otak pada pembelajaran siswa aktif

[caption id="attachment_988" align="alignleft" width="175" caption="Mr Vincent P Costa (Provincial Coordinator DBE 2 of Central Java)"]Mr Vincent P Costa (Provincial Coordinator DBE 2 of Central Java)[/caption]

Mengapa proses pembelajaran yang dilakukan harus mengaktifkan siswa. Banyak teori yang mendasari tentang mengapa aktif learning. Berdasarkan teori belajar aktif harus dilakukan karena

Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb).

Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).

Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).

S

 

Monday, October 19, 2009

7 Nilai yang diyakini mampu membawa tim berkinerja tinggi

[caption id="attachment_981" align="alignleft" width="222" caption="David O'meara (PSEA USAID-DBE2 Jakarta)"]David O'emara (PSEA USAID-DBE2 Jakarta)[/caption]

Bagaimana cara kita bereaksi terhadap sesuatu peristiwa dipengaruhi oleh keyakinan yang kita pegang atau kita percayai. Contohnya, jika saya merasa tidak didukung atau dihargai oleh tim, saya mungkin akan melakukan sesuatu yang dapat mengurangi kesalahan saya.  Sebaliknya jika saya merasa demikian besar didukung oleh tim saya maka saya akan lebih berani dalam mengambil resiko demi tim saya. Berikut dijelaskan oleh David O'emara (PSEA DBE 2 Jakarta) tentang 7 hal yang dapat membangkitkan semangat tinggi untuk bekerja dalam sebuah tim.  Sesi ini disajikan dalam Field Staff Training (FST) DBE 2 Jawa Tengah baru-baru ini (12-16 Oktober 2008)

7 Nilai-nilai Tim yang Berkinerja Tinggi (TBT) / High Performing Teams (HPT) adalah:

1. Jelas dan dapat dipertanggungjawabkan

Setiap anggota tim percaya bahwa mereka masing-masing memiliki peran dan tanggungjawab yang jelas. Setiap anggota tim saling mengetahui di bidang apa mereka dapat diandalkan oleh anggota tim yang lain dan apa yang yang mereka andalkan dari anggota tim yang lain.

2. Kemampuan yang dapat dipercaya

7 Nilai yang diyakini mampu membawa tim berkinerja tinggi

[caption id="attachment_981" align="alignleft" width="222" caption="David O'meara (PSEA USAID-DBE2 Jakarta)"]David O'emara (PSEA USAID-DBE2 Jakarta)[/caption]

Bagaimana cara kita bereaksi terhadap sesuatu peristiwa dipengaruhi oleh keyakinan yang kita pegang atau kita percayai. Contohnya, jika saya merasa tidak didukung atau dihargai oleh tim, saya mungkin akan melakukan sesuatu yang dapat mengurangi kesalahan saya.  Sebaliknya jika saya merasa demikian besar didukung oleh tim saya maka saya akan lebih berani dalam mengambil resiko demi tim saya. Berikut dijelaskan oleh David O'emara (PSEA DBE 2 Jakarta) tentang 7 hal yang dapat membangkitkan semangat tinggi untuk bekerja dalam sebuah tim.  Sesi ini disajikan dalam Field Staff Training (FST) DBE 2 Jawa Tengah baru-baru ini (12-16 Oktober 2008)

7 Nilai-nilai Tim yang Berkinerja Tinggi (TBT) / High Performing Teams (HPT) adalah:

1. Jelas dan dapat dipertanggungjawabkan

Setiap anggota tim percaya bahwa mereka masing-masing memiliki peran dan tanggungjawab yang jelas. Setiap anggota tim saling mengetahui di bidang apa mereka dapat diandalkan oleh anggota tim yang lain dan apa yang yang mereka andalkan dari anggota tim yang lain.

2. Kemampuan yang dapat dipercaya

Jawa Tengah telah memiliki 38 fasilitator handal yang siap membantu pemerintah memajukan bidang pendidikan

[caption id="attachment_991" align="alignleft" width="429" caption="Wisuda Fasilitator & Trainer Active Learning DBE 2 USAID"]Wisuda Fasilitator & Trainer Active Learning DBE 2 USAID[/caption]

Penobatan 38 fasilitator tingkat provinsi Jawa Tengah pada tanggal 15 Oktober 2009 ditandai dengan wisuda para fasilitator Jateng. Penobatan ini sangat istimewa karena dilakukan dihadapan para stakakeholders baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Para undangan yang hadir antara lain dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, LPMP, Universitas mitra se-Jawa Tengah, Dinas Pendidikan Kabupaten/ kota, Bappeda Kabupaten, Kepala UPTD Dinas Pendidikan, dan para stakeholder lainnya.

Pada kesempatan itu Mr. Michel Calvano, Ph.D Pimpinan tertinggi (COP) DBE 2 Indonesia menyampaikan beberapa pesan diantaranya adalah:

Jawa Tengah telah memiliki 38 fasilitator handal yang siap membantu pemerintah memajukan bidang pendidikan

[caption id="attachment_991" align="alignleft" width="429" caption="Wisuda Fasilitator & Trainer Active Learning DBE 2 USAID"]Wisuda Fasilitator & Trainer Active Learning DBE 2 USAID[/caption]

Penobatan 38 fasilitator tingkat provinsi Jawa Tengah pada tanggal 15 Oktober 2009 ditandai dengan wisuda para fasilitator Jateng. Penobatan ini sangat istimewa karena dilakukan dihadapan para stakakeholders baik tingkat provinsi maupun kabupaten. Para undangan yang hadir antara lain dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, LPMP, Universitas mitra se-Jawa Tengah, Dinas Pendidikan Kabupaten/ kota, Bappeda Kabupaten, Kepala UPTD Dinas Pendidikan, dan para stakeholder lainnya.

Pada kesempatan itu Mr. Michel Calvano, Ph.D Pimpinan tertinggi (COP) DBE 2 Indonesia menyampaikan beberapa pesan diantaranya adalah:

Friday, October 9, 2009

Sekolah perlu dipromosikan secara profesional

Andaikan sekolah itu merupakan usaha dagang, maka tidak berlebihan jika dikatakan oleh orang bahwa, "jika kita ingin untung besar, maka dirikanlah sekolah". Bahkan ada Surat Kabar Kompas pernah mengatakan, "Jika anda ingin kaya, maka dirikanlah sekolah!". Mengapa bisa demikian?

TOT LMS di demakKita semua tahu bahwa semua sekolah dengan berbagai kondisi selalu laku, dengan bukti selalu ada muridnya. Bahkan sekolah yang dikelola asal-asalan tetep juga ada siswanya, walaupun mungkin jumlahnya sedikit. Apalagi kalau sekolah tersebut dikelola secara profesional, tentu akan sangat laku.

Pengelolaan sekolah yang profesional meliputi berbagai hal, mulai dari managerial sekolah, proses pembelajaran, evaluasi program dan tentu juga marketing. Bagaimana memasarkan sekolah? Inilah yang dibahas dalam TOT Laporan Mutu Sekolah (LMS) di Demak baru-baru saja.

Laporan mutu sekolah (LMS) merupakan salah satu cara untuk memasarkan sekolah. Dalam LMS dilaporkan berbagai informasi tentang sekolah, mulai dari data perkembangan siswa dari tahun-ke tahun, dana operasional sekolah, prestasi sekolah, prestasi guru dan siswa, yang semuanya itu dikemas secara simple dan menarik untuk dibaca.

Selama ini laporan sekolah selalu berupa tabel-tabel keuangan yang disajikan secara formal dan menjemukan. Namun dalam LMS sudah dikemas secara menarik dengan dilengkapi dengan gambar visual dan grafik-grafik full color yang tidak membosankan.  Apakah membuat laporan yang lengkap dengan gambar visual sulit?

Jawabannya tidak-tidak-tidak. Dalam pelatihan LMS semua data sebenarnya dinput secara manual dalam program exel. Data-data yang kita masukkan berupa angka-angka kuantitatif yang akan diolah secara otomatis oleh program exel yang sudah dicustom program oleh DBE sehingga output data sudah berupa gambar-gambar visual yang sangat menarik dan mudah dibaca.

Sekolah perlu dipromosikan secara profesional

Andaikan sekolah itu merupakan usaha dagang, maka tidak berlebihan jika dikatakan oleh orang bahwa, "jika kita ingin untung besar, maka dirikanlah sekolah". Bahkan ada Surat Kabar Kompas pernah mengatakan, "Jika anda ingin kaya, maka dirikanlah sekolah!". Mengapa bisa demikian?

TOT LMS di demakKita semua tahu bahwa semua sekolah dengan berbagai kondisi selalu laku, dengan bukti selalu ada muridnya. Bahkan sekolah yang dikelola asal-asalan tetep juga ada siswanya, walaupun mungkin jumlahnya sedikit. Apalagi kalau sekolah tersebut dikelola secara profesional, tentu akan sangat laku.

Pengelolaan sekolah yang profesional meliputi berbagai hal, mulai dari managerial sekolah, proses pembelajaran, evaluasi program dan tentu juga marketing. Bagaimana memasarkan sekolah? Inilah yang dibahas dalam TOT Laporan Mutu Sekolah (LMS) di Demak baru-baru saja.

Laporan mutu sekolah (LMS) merupakan salah satu cara untuk memasarkan sekolah. Dalam LMS dilaporkan berbagai informasi tentang sekolah, mulai dari data perkembangan siswa dari tahun-ke tahun, dana operasional sekolah, prestasi sekolah, prestasi guru dan siswa, yang semuanya itu dikemas secara simple dan menarik untuk dibaca.

Selama ini laporan sekolah selalu berupa tabel-tabel keuangan yang disajikan secara formal dan menjemukan. Namun dalam LMS sudah dikemas secara menarik dengan dilengkapi dengan gambar visual dan grafik-grafik full color yang tidak membosankan.  Apakah membuat laporan yang lengkap dengan gambar visual sulit?

Jawabannya tidak-tidak-tidak. Dalam pelatihan LMS semua data sebenarnya dinput secara manual dalam program exel. Data-data yang kita masukkan berupa angka-angka kuantitatif yang akan diolah secara otomatis oleh program exel yang sudah dicustom program oleh DBE sehingga output data sudah berupa gambar-gambar visual yang sangat menarik dan mudah dibaca.