Thursday, December 2, 2010

Pilihlah Batu terlebih dahulu, kalau ingin menjadi orang besar!

Pilih Batu terlebih dahulu, sebelum mengambil kerikil
kalau kita ingin menjadi  orang besar.
[caption id="attachment_1297" align="alignleft" width="300" caption="Pilih batu terlebih dahulu kalau kita pengen jadi orang besar"][/caption]

Dalam suatu pelatihan saya menyajikan sebuah kuiz. Saya menyediakan sebuah kotak plastik. Pada saat bersamaan saya sediakan beberapa benda yang terdiri dari batu, kerikil dan pasir. Pertanyaan saya ajukan kepada seluruh peserta. Bagaimana caranya agar semua benda-benda yang ada (batu, kerikil dan pasir) bisa masuk sebanyak-banyaknya ke dalam kotak plastik?

Banyak yang mencoba untuk memasukkan semua benda tersebut. Ada yang memasukkan batu terlebih dahulu, kemudian kerikil dan terakhir pasir. Ada yang memasukkan pasir terlebih dahulu, kemudian kerikil dan diakhiri batu. Ada juga yang kerikilnya dulu dan sebagainya. Namun kebanyakan peserta memilih teknik memasukan benda adalah pasir terlebih dahulu. Anggapan mereka dengan memasukkan benda-benda yang lebih kecil dahulu maka benda yang kita masukkan akan semakin banyak.Baru kemudian kalau masih ada tempat kita akan mencoba memasukkan batu.


Setelah berbagai teknik dilakukan, maka terbukti bahwa teknik yang memungkinkan semua  benda bisa masuk ke kotak secara maksimal adalah dengan memilih teknik benda-benda yang besar terlebih dahulu baru benda yang lebih kecil. Dengan demikian kita memasukkan batu, kemudian kerikil dan terakhir pasir lah yang paling efektif.

Ini sebenarnya merupakan pelajaran yang paling berharga bagi kita semua bahwa kebanyakkan kita lebih suka mengurusi hal-hal yang kecil-kecil saja (pasir) untuk dimasukkan dalam prioritas berfikir. Demikian seriusnya kita mengurusi hal-hal kecil tersebut tak terasa otak sudah penuh dengan hal-hal kecil yang berjumlah banyak sehingga terasa berat, seakan-akan kita sedang mengurusi hal yang demikian besar dan berat. Kita sering terjebak untuk ngurusin masalah perbedaan pendapat diantara teman sekerja, ketidak kompakan masalah seragam dinas, ketidakcocokan hati dengan teman sekerja dan sebagainya. Padahal sebenarnya itu pasir saja, namun demikian serius kita pikirkan maka setiap hari energi kita terkuras untuk mengurusi masalah tersebut. Lantas kapan kita sempat memikirkan hal-hal besar yang seharusnya bisa kita lakukan?

Orang sering bilang dengan sungguh-sungguh memikirkan hal yang kecil-kecil, maka kita akan bisa memikirkan hal-hal yang besar kemudian. Menurut pendapat saya itu salah dan tidak sesuai dengan realitas. Pikiran kita harus dilatih untuk bisa memilih skala prioritas. Batu yang besar-besar kita masukkan dahulu ke pikiran kita baru kemudian kerikil dan selanjutnya pasir-pasir. Hal tersebut penting karena dengan mamasukkan batu terlebih dahulu paling tidak kita telah memikirkan hal-hal besar yang masih bisa kita jangkau. di sela-sela batu tentu pikiran kita masih ada ruang untuk menampung kerikil-kerikil. Demikian juga ketika kerikil sudah penuh, tetapi tentu masih ada ruang untuk menampung pasir-pasir. Dengan begitu kita bisa menampung seluruh beban mulai dari yang besar sampai kepada hal-hal yang kecil-kecil. Namun kalau kita sejak awal sudah menampung hal-hal kecil (pasir) tentu sudah tidak ada ruang lagi untuk memasukkan kerikil di dalamnya, apalagi memasukkan batu.

Semoga bermanfaat bagi teman-teman yang pengen menjadi orang besar. SELAMAT!

3 comments:

  1. thanks Pak, sungguh luar biasa analoginya, saya sangat terkesan,,, ^_^
    sukses selalu buat Bapak.

    ReplyDelete
  2. Trima kasih mas arya atas apresiasinya

    ReplyDelete
  3. artikel yang bermanfaat dan menarik.

    ReplyDelete